Ratusan orang tewas di kawasan Dieng akibat menghirup gas beracun CO2 beberapa dekade lalu. Kisah ini viral kembali di media sosial X.
Salah satu akun, bernama Georitmus, mengatakan bahwa ratusan orang juga hewan ternak tewas dalam waktu singkat setelah Kawah Sinila meletus.

Di akhir cerita tragedi itu, disebut bahwa warga desa percaya bahwa mereka yang tewas akibat perbuatan mereka sendiri. Yakni, warga di sana di waktu itu gemar berjudi.

“Tak jauh dari Desa Batur, terdapat kuburan masal dengan tugu berbentuk tangan yang memegang kartu, menyimbolkan “stop perjudian”. Dibuat sebagai peringatan bagi warga desa atas petaka menjelang pagi tahun 1979,” kata Georitmus.

“Masyarakat percaya, peristiwa alam yang mematikan itu akibat perbuatan warga Dieng yang bertentangan dengan norma, seperti berjudi, yang merajalela pada tahun 1979,” imbuh dia.

Dalam unggahan ini, Georitmus juga menyertakan foto-foto orang tewas bergelimpangan dan pemakaman massal di slide berikutnya.

Fakta dari korban selamat Kawah Sinila

Sejarah kelam bencana akibat gas beracun (CO2) dari Kawah Timbang di dataran tinggi Dieng pernah terjadi pada 1979 silam. Bencana yang dikenal dengan sebutan Tragedi Sinila itu menewaskan 149 jiwa.

Kepala Desa terakhir Desa Kepucukan, Sutikno, mengatakan korban yang sebagian besar warga Desa Kepucukan, Kecamatan Batur, Banjarnegara, itu awalnya mencoba menyelamatkan diri dari erupsi Kawah Sinila. Namun sebagian warga itu justru menghirup gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang.

Saat itu 147 warga Desa Kepucukan tewas akibat gas yang disebut tanpa warna dan bau tersebut. Selain itu juga ada dua relawan yang ikut tewas karena menghirup gas itu saat mereka hendak menolong korban.

“Korban yang dari warga Desa Kepucukan ada 147 orang. Ditambah dua orang relawan yang mau menolong, yakni guru dan seorang sopir,” kata Sutikno.

Efek menghirup CO2

Sutikno menjelaskan saat itu ada salah satu warga yang berhasil selamat meski sempat menghirup gas beracun tersebut.

“Ada satu warga yang sempat menghirup gas beracun, sudah mau pingsan. Tetapi bisa diselamatkan, ditarik oleh warga lainnya,” Sutikno mengenangnya.

Sutikno mengaku sempat menanyakan kepada korban selamat tersebut. Korban itu mengatakan bahwa saat itu hidungnya terasa panas, pandangannya kabur, dan kepalanya pusing.

“Kebetulan saat ini orang itu sudah meninggal dunia. Tetapi saya sempat bertanya, kata dia hidung panas, mata kabur, kepala pusing,” ungkap Sutikno yang kini aktif sebagai relawan SAR.

Sedangkan pada korban yang ditemukan tewas, kata Sutikno, pori-pori kulit mereka diketahui mengeluarkan darah.

“Yang ditemukan sudah meninggal dunia saat itu keluar darah dari pori-porinya,” terangnya.

Saat ditulis, pada 2023, gunung api Dieng masih berstatus waspada. Sutikno mengingatkan kepada warga dan petani sekitar Kawah Timbang untuk mematuhi larangan mendekat ke kawah. Terlebih saat cuaca mendung atau pagi dan sore hari.

“Karena ini gasnya kan tidak kelihatan. Saran saya, terutama yang bertani di area Timbang, minimal jarak dengan titik kawah setengah kilometer harus ditaati. Terus juga diperhatikan kalau kabut dan hujan CO2 tidak bisa menguap atau mengalir,” jelasnya.