Kelompok paramiliter Rusia yang anti terhadap Presiden Rusia Vladmir Putin berjuang Bersama Ukraina di Kharkiv. Wilayah tersebut terletak di Timur Laut Ukraina yang merupakan tempat pasukan Moskow membuka front baru pekan lalu.
“Situasinya sulit, intensitasnya sangat tinggi, terjadi pertempuran hampir setiap sepuluh menit,” kata petugas mortar bernama Winnie, dilansir Reuters, Kamis (16/5/2024).

Kalompok tersebut merupakan bagian dari Legiun Kebebasan Rusia. Kelompok itu terdiri dari orang Rusia yang menentang Putin dan berjuang untuk Ukraina.

Ukraina telah mengirim bala bantuan, termasuk legiun dan dua unit lainnya yang terdiri dari warga negara Rusia, untuk memperkuat pertahanannya terhadap serangan darat Rusia ke wilayah utara Kharkiv yang dimulai hampir seminggu lalu.

Kedua belah pihak saling klaim bahwa lawannya menderita banyak korban dalam perang tersebut. Wakil komandan Legiun Kebebasan Rusia Maksimilian Andronikov, yang juga dikenal dengan nama panggilan Caesar, menyebut pesawat tempur Rusia terus melakukan serangan.

“Mereka telah memetik pelajaran dari perang, mereka menggunakan taktik yang cukup cerdas,” katanya.

Salah satunya ialah perluasan penggunaan bom yang dijatuhkan dari pesawat dan biasanya berisi beberapa ratus kilogram bahan peledak atau lebih. Rusia memiliki stok bom yang relatif murah pada era Soviet.

Selama beberapa bulan terakhir, Rusia telah menyerang kota-kota garis depan Ukraina dan posisi infanteri dengan bom udara.

“Hari ini, empat bom udara berpemandu datang, sekitar 500 meter jauhnya. Saya berada di tanah, dan mulai bergetar, saya terlempar ke atas – dan saya tidak kecil,” kata Winnie.

Serangan Rusia, yang mengarah ke kota Lyptsi dan Vovchansk di utara kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv, dimulai Jumat lalu. Rusia tampaknya mampu mencapai kemajuan beberapa kilometer di beberapa tempat, salah satu kemajuan tercepat yang pernah dicapai kedua belah pihak sejak tahun 2022, tahun pertama invasi skala penuh Rusia.

Rusia mengirimkan kendaraan lapis baja dalam jumlah yang jauh lebih sedikit, namun mereka mampu meluncurkan peluru artileri dan drone FPV beberapa kali lebih banyak dibandingkan Ukraina.

“Kami merasakan defisitnya. Kami memahami dengan baik bahwa jika tidak ada, musuh tidak akan mencapai kesuksesan di sini atau di Donbas,” katanya mengenai ketidakseimbangan artileri, sebuah masalah yang sangat dirasakan oleh Ukraina selama enam bulan terakhir.

Dia mengecam batasan yang diberlakukan oleh beberapa sekutu Ukraina dalam penggunaan senjata mereka untuk menyerang Rusia, dengan mengatakan bahwa pembatasan tersebut menghambat kemampuan Kyiv untuk melawan di front utara di mana garis pertahanan tersebut berjarak beberapa kilometer dari wilayah Rusia.

Tentara Ukraina telah lama mengeluhkan pembatasan itu memberi Rusia perisai, sehingga memungkinkan pasukannya melancarkan serangan dari seberang perbatasan tanpa membahayakan logistik mereka.